Category Archives: Daily

Read The Fucking Manual

Cerita lucu dan juga pelesehan, begini ceritanya di dunia open source itu biasa orang autodidak dan mentog – mentognya ya searching di google. Sebagai newbie sangat sulit untuk cepat menyelesaikan permasalahan semisal waktu server tiba – tiba error dan perlu penanganan cepat. Dan untuk mempercepat mencari solusi  biasanya masuk ke forum atau dunia tanya jawab semisal milis,  tetapi senior – senior biasanya menyarankan untuk searching ke google atau cari baca petunjukknya atau dikenal  dengan manualnya . Resenya nih bro and gals , satu jargon yang bikin merah telinga yaitu jawaban pendek dari para senior itu adalah RTFM ( read the fucking manual).  Ingin lebih lanjut tentang RTFM  baca penjelasanya di sini

Januari 2010

2010 sudah datang bahagia sok pasti menyambut tahun ini bisa bertemu teman kawan dan juga bisa beraktifitas kembali. Di Binus hari ini merukan hari ketiga masuk kerja setelah liburan panjang kemaren.

Dengan semangat baru dan impian – impian indah, mencoba menjalani setiap detik yang ada. Semoga di tahun 2010 ini semua dari kita menjadi lebih baik, lebih semangat, produktif menghasilkan karya – karya yang berkualitas dan berguna tentunya buat sesama.

Beda mahasiswa Indonesa dg Jerman soal HP

phoneMahasiswa di Jerman dan Indonesia relatif usianya setara.  Kemampuan belanjanya juga relatif setara.  Tapi soal HP (handphone) berbeda jauh. Di Jerman yang sering gonta-ganti model HP itu relatif anak ABG (SMA) yang dianggap belum dewasa (belum 18 tahun).  Sedangkan kalau sudah usia mahasiswa rata-rata HP nya mengikuti kebutuhan saja.  Jarang yang berganti-ganti HP hanya sekedar mengikuti mode. Yang nekat seperti itu, alih-alih dapat pandangan kagum, malah dapat pandangan di”remeh”in dianggap tidak dewasa-dewasa.

Padahal kalau dari sisi kemampuan kantong, mereka juga mampu gonta-ganti HP seperti mahasiswa di Indonesia, tetapi pandangan kebutuhan yang membedakan. Mungkin dalam fikiran mereka, daripada ganti-ganti HP lebih baik mereka tabung buat liburan ke Luar Negeri.  Begitu juga soal isi pulsa, jangan kaget banyak mahasiswa yang mengisi pulsa itu 15 EU (sekitar 200 ribu) setiap 3 bulan sekali. Padahal satu kali kirim sms itu 20 cent (lebih dari 2000 ribu).

Jadi kalau mahasiswa di Indonseia banyak yang “iri” mendengar cerita mahasiswa di Jerman bisa liburan ke luar negeri, mungkin bukan karena memang mereka mampu banget, tetapi mereka nabung-nya kuat.  Di atas baru soal HP, soal baju (fashion) he he he he baju, sepatu, tas nya itu – itu saja.  Ada memang 1-2 yang sering ngikutin fashion tapi itu termasuk barang langka.  Jajan makan di luar bareng-bareng (di restorant) jarang sekali, sebab itu mahal, apalagi di Jerman sekarang BBM dan harga susu juga lagi meroket.

Sumber

Kapan ya binus memberikan fasilitas parkir sepeda

image009Sekarang naik sepeda dah mulai rame apalagi dengan adanya komunitas B2w dan beberapa mahasiswa ataupun karyawan binus sudah mulai ada loh yang naik sepeda gak percaya? coba cek aza di parkiran motor syahdan kalau anggrek lum cekidot sih.., nah beberapa gedung sudah menyediakan parkir khusus sepeda  misalkan:
1. Gedung Arcadia, Jalan TB Simatupang Kv 88, Jakarta Selatan
2. Graha Niaga Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan
3. Trans TV, Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan
4. Siemens Bussiness Park, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan
5. Rekayasa Consultant, Jalan Kalibata, Jakarta Selatan
6. Wisma Mulia, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan
7. XL Office, Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan
8. Wisma Pondok Indah, Jakarta Selatan
9. Indosat IM2, Jalan Kebagusan Raya, Jakarta Selatan
10. Danareksa, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat
11. Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat
12. Femina, Setiabudi, Jakarta Selatan
13. PT Summarecon Agung, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur
14. Nestle Indonesia, Pasarrebo, Cijantung, Jakarta Timur
15. PPATK, Jalan Veteran, Jakarta Pusat
16. PCS Tanjung Priok, Jakarta Utara
17. Menara Energi, kawasan SCBD, Jakarta Selatan
18. Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Barat, Jakarta Pusat
19. PT Alita Praya Mitra, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan
20. PT Anggara Architeam, Jalan Tebet Barat, Jakarta Selatan
21. Bank Mandri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan
22. Bursa Efek Jakarta Tower, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan
23. RS Medistra, Pancoran, Jakarta Selatan
24. Plaza Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat
25. FX Plaza, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan
26. EX Plaza, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat
27. Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Wah kapan ya binus memberikan fasilitas parkir sepeda? siapa tau suatu hari nanti…

(gempa padang) 42 Jam Berusaha Tidak Tertidur, Sari Akhirnya Selamat

1541367pSejak awal Ratna Kurnia Sari (18) sudah bertekad untuk hidup. Meski dia sangat sadar bahwa kematian sudah sangat dekat dengan dirinya. Namun Sari bertekad menyenangkan kedua orangtuanya, karena itu itu dia tidak mau mati.

“Bahkan saya tidak pernah tidur. Saya takut kalau saya tertidur saya akan mati. Karena saya saat itu sudah merasa ada yang akan membawa. Makanya saya berusaha untuk terus terjaga,” ujar Sari yang ditemui di Ruang Perawatan 1B Rumah Sakit Tentara Reksodiwiryo, Jalan Proklamasi, Jumat (2/10).

Sari bisa dibilang mendapatkan keajaiban. Dia menjadi satu korban selamat dari reruntuhan bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Prayoga di Jalan Veteran, Padang. Selain dia, dosennya bernama Suci Revika Wulan Sari (25) juga selamat. Namun Sari berhasil dikeluarkan lebih dulu dari balik reruntuhan.

Sari berhasil dievakuasi petugas penyelamat sekitar pukul 11.30 WIB. Bersama Suci dan empat rekan satu kuliahnya, Sari terjebak di bawah tangga menuju ke lantai tiga Kampus STBA Prayoga. Sebelumnya, Sari yang tercatat sebagai mahasiswa Semester 3 Jurusan Sastra Inggris, sedang mengikuti perkuliahan Listening 3, di ruang kelas yang berada di Lantai III.

Ketika gempa mengguncang, satu kelas yang berisi 25 orang mahasiswa plus Suci yang menjadi dosen, langsung berhamburan menuju tangga turun. Sari sendiri bersama Suci dan empat rekannya, merupakan kelompok yang terakhir turun. Setibanya di lantai dua, tiba-tiba tangga beton yang barusan mereka lewati ambruk menimpa mereka.

“Waktu itu semuanya panik. Saya juga panik dan ingin cepat turun. Tapi karena semua berebut ingin duluan, kami akhirnya jadi kelompok yang terakhir turun,” ujarnya menceritakan kembali situasi yang dialami saat gempa berlangsung.

Reruntuhan tangga beton itu langsung membuat mereka luka berat. Listrikpun tiba-tiba mati, sehingga ruangan menjadi gelap gulita. “Waktu itu saya tidak tahu apa teman-teman saya masih hidup atau tidak, karena gelap. Hanya saya bisa mendengar suara Ibu Suci merintih kesakitan ada di dekat saya,” ujarnya.

Beton-beton itu menghimpit keras, karena mendapat tekanan berat dari lantai empat yang juga ikut runtuh. Sari sendiri merasakan kakinya terhimpit benda berat di bagian lutut ke bawah, sehingga tidak bisa digerakkan. Sedangkan di bagian pahanya, dia merasakan ada satu tubuh temannya yang terbaring tak bergerak.

“Saat itu saya tidak merasakan sakit. Yang ada hanya cemas dan rasa takut mati. Saat itu pula saya langsung bertekad tidak boleh mati. Saya harus hidup,” tuturnya.

Sari berada di balik reruntuhan selama lebih kurang 42 jam. Selama itu pula, dia menguatkan diri untuk tetap hidup meski tidak ada makan dan minum. Sari mengaku tidak pernah putus harpaan. Dia yakin akan ada tim penyelamat yang datang mengevakuasi mereka. Inilah yang membuatnya cukup berbesar hati dan yakin tidak akan mati.

“Rabu tengah malam itu saya mulai yakin kalau teman-teman saya yang lain meninggal, karena mereka tidak lagi ada yang bersuara, bahkan tidak lagi ada yang bergerak. Termasuk sosok yang terbaring di atas paha saya, tidak bergerak lagi dan terasa dingin. Hanya Ibu Suci yang kadang-kadang masih saya dengar ada gerakannya sedikit-sedikit. Berarti Ibu Suci masih hidup,” katanya.

Meski tidak ada makan dan minum, namun harapan Sari untuk hidup menjadi makin besar, ketika dia mendengar suara ketukan-ketukan pada reruntuhan bangunan yang menimpa mereka. Sari sadar bahwa ketukan itu berasal dari tim penyelamat yang berusaha menggali reruntuhan. Karena itu pula, dia berusaha untuk tetap menjaga matanya agar tidak tertidur.

“Sebenarnya saat itu saya ingin sekali tidur. Rasanya akan sangat nyaman kalau tertidur. Tapi saya tahu saya akan mati kalau sampai tertidur. Makanya saya juga selalu mengingatkan Ibu Suci agar tidak tertidur. Saya selalu bilang ‘Bu, jangan tidur’ atau dia saya panggil-panggil terus dalam jangka waktu tertentu supaya jangan sampai tertidur. Saya ingin selamat, dan saya juga tidak ingin Ibu Suci yang saya tahu masih hidup akhirnya mati seperti teman-teman saya,” tuturnya.

Sari mengaku tidak pernah kehilangan semangat untuk tetap bertahan hidup, karena dia sadar tim penyelamat akan bekerja ekstra keras untuk mengeluarkan mereka dari balik reruntuhan. Dan harapan itu akhirnya menjadi kenyataan, ketika Jumat (2/10) pagi, sebuah lubang menganga di bagian atasnya yang dibuat tim penyelamat. Meski belum bisa dikeluarkan dari balik reruntuhan karena beton yang menghimpitnya sangat berat dan besar, namun sudah ada anggota TNI yang mengevakuasi yang bisa berkomunikasi dengannya melalui lubang tersebut.

“Waktu saya melihat cahaya masuk tanda ada lubang yang terbuka, saya langsung coba teriak minta tolong walau sudah tidak kuat lagi untuk berteriak. Tapi ternyata suara saya terdengar, karena saya kemudian mendengar ada orang yang berteriak ‘ada yang masih hidup’ di atas lubang,” kenangnya.

Ketika lubang diperbesar, akhirnya tim penyelamat bisa berkomunikasi dengannya, walau belum bisa dikeluarkan dari balik himpitan semen beton. Seorang petugas penyelamat langsung menanyakan namanya. Setelah menyebutkan nama, Sari pun langsung minta air minum dan roti.

“Saya lapar dan haus sekali. Makanya begitu ada yang menemukan saya, langsung saja minta air sama roti,” ujar Sari dengan wajah ceria, sambil terbaring di ranjang rumah sakit.

Setelah mengetahui indentitasnya, tim evakuasi langsung mengumumkan kepada warga yang berkerumun, dan meminta keluarganya datang ke lubang untuk berkomunikasi dengan Sari. Saat itu, orangtua laki-laki Sari langsung maju dan mendekati lubang. Saat itu, Sari kembali mengajukan permintaan roti dan air minum.

“Saat itu rasanya saya benar-benar dapat mukjizat karena ternyata Sari masih hidup di balik reruntuhan itu. Saya langsung minta keluarga yang lain mencarikan roti dan air minum. Karena Sari minta saya untuk tidak jauh-jauh darinya,” ujar ayah Sari, Sofyan Virgo (62) yang ditemui saat menemani anaknya di RST Reksowidiryo Padang, Jumat (2/10) sore kemarin.

Sofyan yang tinggal di Jalan Kampung Nias III Nomor 4 C ini mengaku, sebenarnya saat itu dia sudah tidak berharap banyak anaknya itu akan selamat, mengingat reruntuhan bangunan yang kehancurannya begitu parah. “Saya sebenarnya sudah pasrah dan tidak berharap banyak. Lihat saja, bangunan empat lantai jadi satu, dan anak saya ada di dalamnya. Makanya ini benar-benar mukjizat,” tuturnya dengan wajah berbinar bahagia.

Sementara Kiki (54), tante Sari yang juga ikut menemani di rumah sakit, menyebut Sari merupakan anak yang kuat dan selalu ceria. “Lihat saja, walau baru saja berhasil dievakuasi, ternyata dia masih tetap ceria, masih tetap cerewet dan banyak cerita,” ujarnya tersenyum.

Bahkan Sari tetap ceria, ketika dokter yang merawatnya menyarankan untuk mengamputasi kaki kanannya yang cedera berat akibat terhimpit beton dalam waktu cukup lama. Kaki kananya di bagian betis terlihat sedikit menciut, dan belum bisa digerakkan.

Menurut Sofyan menirukan penuturan dokter yang merawat, darah di kaki Sari sudah membeku karena terlalu lama terhimpit, sehingga bisa mengakibatkan kondisi yang lebih buruk. Namun dokter juga mengatakan, opsi amputasi bisa dihindari jika keluarganya bisa mendapatkan obat pengencer darah, sehingga darah beku yang ada di kakinya bisa mencair dan darah kembali mengalir normal.

“Tidak mungkin dia diamputasi, apalagi dia anak perempuan. Bahkan kata dokter, bisa saja kedua kakinya yang diamputasi karena kondisi kedua kakinya tidak jauh berbeda. Makanya sekarang kami sedang berusaha mencari obat pengencer darah itu,” ujar Sofyan.

Sari memang bisa dibilang sangat beruntung. Karena sampai sekitar pukul 18.00 WIB kemarin, Suci, dosennya yang sama-sama terkubur di balik reruntuhan baru bisa dikeluarkan dari balik reruntuhan sekitar pukul 17.00 WIB. Sama dengan Sari, Suci juga dilarikan ke RS Tentara Padang.

Hanya saja, petugas penyelamat berusaha menguatkan hatinya, dengan terus mengajaknya berkomunikasi. Bahkan anggota TNI sengaja membawa radio komunikasi (HT) ke balik reruntuhan, agar Suci bisa berkomunikasi dengan orangtua dan suaminya yang selalu setia menunggu di luar. Tim penyelamat sendiri memang memprioritaskan mengeluarkan Suci yang masih hidup, agar bisa segera mendapatkan perawatan medis.

Sources

Vox Populi Vox Dei

Menjelang pelaksanaan pemilihan presiden mendatang, makin rajin saja politisi kita mengutip adagium yang sangat populer di Eropa pada abad pertengahan. Adagium itu berbunyi vox populi vox dei, yang artinya: Suara rakyat adalah suara Tuhan.

Kutipan berbahasa Latin itu terus-menerus diulang dan didengungkan, bahwa pemilihan umum adalah saatnya rakyat menentukan pilihan dan masa depannya. Apa pun pilihan rakyat, tak bisa digugat, karena itu adalah juga kehendak Tuhan.

Munculnya kalimat pendek itu sebenarnya dilatari oleh kezaliman Raja Louis XIV dari Prancis (1643-1715), yang selalu berkata dengan pongahnya sampai menjadi termasyhur, yaitu: L’etat c’est moi, hukum itu adalah saya!

Pernyataan ini jelas mengandung makna bahwa dirinya identik dengan Tuhan atau dapat diartikan bahwa segala sesuatu yang keluar dari dirinya, pastilah mewakili Tuhan. Maka, sebagai reaksi terhadap ekspresi itu, orang kemudian memunculkan slogan lain, vox populi vox dei.

Dalam konteks kekinian, sah-sah saja menggunakan adagium itu, khususnya di gelanggang politik, walaupun banyak pertanyaan menyangkut hal ini. Misalnya, kalau memang suara rakyat adalah suara Tuhan, apakah Tuhan ikut bersalah karena rakyat telah membiarkan Soeharto menjadi presiden selama tiga dasawarsa? Dan, apakah Tuhan ikut pula bersama rakyat saat Soeharto ditumbangkan?

Contoh lainnya, dalam sebuah pemilihan kepala desa, ketika seorang calon terpilih karena membagi-bagi uang pada penduduk, apakah Tuhan juga bisa disuap? Ketika kepala desa tersebut melakukan korupsi, apakah Tuhan bisa dipersalahkan? Tapi, biarlah itu menjadi polemik di kalangan politisi, karena tulisan ini lebih kepada penggunaan adagium tersebut dalam konteks ilmu hukum.

Pasalnya, dalam penerapan hukum pun, adagium ini sering dipakai, meski tidak secara langsung diucapkan. Padahal, dalam penerapan hukum, cara pikir tersebut harus diharamkan. Suara rakyat tidak serta merta (mestinya) menjadi hukum, tanpa adanya bukti yang kuat.

Dalam bukunya berjudul Peradilan yang Sesat (Grafiti Pers, 1983), Hermann Mostar berkisah. Pada tahun 1854 di Kota Eldagsen, Hannover, Jerman, seorang wanita bernama Charlotte Hartmann ditemukan tewas terbunuh. Sejumlah perhiasan dan uang milik korban raib. Kasus ini membuat gempar lantaran desa itu dikenal sangat aman dan penduduknya saling kenal. Karena itu, tiba-tiba saja muncul tuduhan pada dua orang pria semata-mata karena keduanya dikenal sebagai warga yang suka mencuri dan berpenampilan tak sedap.

Meski Busse dan Ziegenmeyer sudah memberi alibi, tak ada saksi yang menguatkan. Penduduk pun memaksa pengadilan mendakwa yang bersangkutan karena tak ada lagi warga yang punya motif melakukan pembunuhan. Pihak pengadilan, karena terus didesak akhirnya menyidangkan kasus itu untuk memberi ketenangan bagi penduduk yang terus dihantui ketakutan adanya pembunuh yang berkeliaran. Persidangan berjalan berat sebelah. Motif yang memberatkan keduanya diungkap, sedangkan hal yang meringankan disimpan.

Di tengah berjalannya persidangan, Jaksa Agung meminta dihentikannya penuntutan terhadap kedua terdakwa. Namun, putusan itu membuat amarah penduduk memuncak. Pengadilan Tinggi akhirnya menyerah dan sidang dilanjutkan. Akhir kata, setelah mendengar keputusan dewan juri, hakim memutuskan kedua terdakwa divonis mati. Tak lama setelah itu, Ziegenmeyer menggantung diri di selnya karena tak tahan menanggung tuduhan. Namun, penduduk menerimanya sebagai pengakuan dosa.

Sembilan bulan kemudian, sebuah peristiwa pembunuhan terjadi di desa tetangga dan seorang pria bernama Bruns ditangkap. Dengan bukti yang kuat dia akhirnya mengaku sekaligus terungkap pula bahwa Bruns juga yang membunuh Charlotte. Busse yang belum sempat dieksekusi namun mengalami pendarahan otak serta lumpuh, dibebaskan serta ikut menyaksikan persidangan Bruns. Pada November 1856, Bruns dipancung atas kejahatan ganda yang dilakukannya. Sejak itu pula Kota Eldagsen terkenal di seluruh Jerman dan masuk dalam kepustakaan hukum dunia.

Dalam kasus ini, jika memang suara rakyat adalah suara Tuhan, artinya Ziegenmeyer telah digantung oleh Tuhan dan Busse lumpuh karena dihukum Tuhan. Hal tersebut tentu di luar akal sehat. Contoh kasus ini membuktikan bahwa suara rakyat bukan segala-galanya, apalagi menyamai kemauan Tuhan. Logikanya, kalau memang rakyat tanpa cela dan tanpa dosa, buat apa Tuhan disembah?

Sayang, prinsip ini tidak bisa diberlakukan pada setiap ruang dan waktu. Berkaca pada kasus penahanan Prita Mulyasari yang menjadi tertuduh dalam kasus pencemaran nama baik Rumah Sakit Omni Internasional, yang terjadi justru sebaliknya. Aparat penegak hukum telah bertindak berlebihan yang kemudian dikoreksi oleh suara publik. Inilah dilema hukum di Indonesia. Publik yang biasanya gampang menjatuhkan vonis ternyata lebih memiliki “kewarasan” ketimbang lembaga peradilan yang sudah tumpul nurani dan logikanya.

Dalam kasus Prita pula prinsip sebab dan akibat dalam ilmu hukum telah dijungkirbalikkan. Sungguh aneh, ketika Omni melaporkan kasus pencemaran nama baik, aparat penegak hukum langsung bergerak. Prita digugat secara perdata dan dituntut secara pidana sebelum kemudian dinyatakan bersalah dalam kasus perdata. Prita pun kemudian ditahan karena menjadi tersangka dalam kasus pidana.

Saya tidak menyoal tentang materi undang-undang yang menjerat Prita, karena pada titik ini, akal sehat benar-benar telah dimandulkan pengadilan. Bukankah sebelum Prita digugat dan didakwa, harus dibuktikan dulu benar atau tidaknya tuduhan terhadap Omni seperti yang dia tulis dalam surat elektroniknya? Seandainya apa yang ditulis Prita adalah benar, berarti lembaga peradilan telah sesat dalam mengadili karena dia sama sekali tidak mencemarkan nama Omni.

Pada tahun 399 SM, pengadilan di Athena, Yunani, memutuskan Socrates bersalah karena telah meracuni pikiran kaum muda dengan ajaran-ajarannya. Pada usia 70 tahun, filusuf kenamaan itu dijatuhi hukuman mati dengan meminum racun. Setelah 24 abad berlalu, kasus yang sama kembali terjadi. Seorang ibu rumah tangga didakwa karena menuliskan kegundahan hatinya. Benar agaknya, kita memang tak pernah mau belajar pengalaman.

Sumber

Wah nulis di internet di penjara hati-hati UU ITE udah di berlakukan

Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan. Baca selengkapnya di sini.

Karena tulisan dari surat pembaca di atas pihak rumah sakit akhirnya memperkarakan dan si penulis di penjarakan saat ini di dakwa dengan menggunakan undang-undang elektronik (UU ITE).

Sampai – sampai bapak blogger indonesia juga ikutan untuk memberikan perlindungan terhadap ibu yang satu ini bisa di lihat di facebook penggalangan dukungan untuk hal ini.

Nah bagi teman-teman binusian berhati hatilah kalau menulis pergunakan data dan fakta yang akurat atau setidaknya memperhatikan hal-hal yang tidak melanggar hukum bukan berarti pengekangan dalam penulisan tapinya.

Untuk melihat bagaimana dan hal apa yang di atur di undang undang ite bisa dilihat di sini

Ini pasal yang di gunakan Pasal 27 ayat 3 yang bunyinya:

BAB VII
PERBUATAN YANG DILARANG
Pasal 27

“3. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.